PENGALAMAN PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI
Oleh : M. Firman Akbar
Dunia pendidikan memang tidak akan
pernah musnah oleh waktu. Kita akan terus berkembang seiring dengan
berkembangnya pendidikan. Pendidikan memang salah satu sarana yang paling
mencerdaskan manusia. Namun, apakah kita tau pendidikan apa saja yang telah kita
lewati sepanjang masa kita belajar?
Di dunia pendidikan ada yang dikenal
dengan Pedagogi dan Andragogi. Dalam
pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa
ia yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya. Guru yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam
andragogi, siswa belajar mandiri , siswalah yang mengarahkan dirinya untuk
belajar apa dan bagaimana. Jadi, siswa yang bertanggung jawab atas belajarnya
sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan
evaluasi, siswa perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan
evaluasi diri. Selain itu, dalam andragogi siswa disebut sebagai warga belajar.
Berdasarkan pengalaman Pribadi,
kebanyakan tingkatan pendidikan menerapkan sistem pedagogi pada masa TK sampai
SMA. Hal ini dikarenakan pelajar (siswa) sangat terpaku pada pengajar (guru). Seperti
metode ceramah yang diterapkan sebenarnya menekankan pada fungsi penting
seorang guru. Murid cenderung terpaku pada apa yang disampaikan oleh guru. Kebenaran
dari asumsi yang diberikan pun akan bergantung pada guru. Hal ini disesuaikan
karena pada masa itu anak berada pada tahap operasional konkrit khususnya masa-masa SD dan SMP walaupun sebenarnya anak mampu menguji
kebenaran suatu studi kasus melalui bimbingan guru.
Based on my true story, ketika saya
duduk dibangku SD system pengajaran Pedagogi sangat terlihat melalui pengajaran
oleh guru. Misalnya ketika guru mengejakan bahan bacaan atau mendiktekan soal-soal
ketika ujian. Dalam beberapa pelajaran, keseluruhan kelas dikuasai oleh peran
guru. Kelas cenderung satu arah. Seperti mata pelajaran bahasa Indonesia ketika
saya duduk di SD. Guru biasa membacakan materi pembelajaran. Untuk praktek,
cukup jarang dilakukan. Sama seperti pada saat SMP, walaupun praktek sering
dilakukan namun kami para siswa belum dapat mengambil kesimpulan dan menyatakan
tingkat kebenaran suatu kasus. Berdasarkan indicator, pembelajaran didasarkan
atas kurikulum yang dipakai dan mengikuti program yang telah ada. Ketika duduk
dibangku SMA, pedagogi masih diterapkan, namun pembelajaran kearah andragogi juga
diterapkann . Misalnya presentasi di depan kelas. Walaupun kami memiliki acuan
terhadap pokok bahasan yang akan di bahas, namun disini dituntut juga untuk
mencari sumber lain untuk dijadikan sebagai bahan tambahan.
Hal ini sangat berbeda jika
dibandingkan dengan bangku perkuliahan. Di kampus, mahasiswa dituntut untuk
belajar mandiri walaupun tetap mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan. Seperti pembelajaran sayadi psikologi pendidikan 6/6/14. Kami belajar
mandiri, dimana kami harus mencari pasangan dari kata kunci yang ada pada
masing-masing mahasiswa. Disini kami belajar untuk mandiri, berinteraksi dengan
teman-teman yang lain dan belajar memecahkan masalah tanpa bergantung pada
dosen sebagai pengajar. Sebenarnya dosen bukan tidak berperan, tetapi melatih
mahasiswa untuk bisa belajar dari pengalaman.
sekian pengalaman dari Saya, semoga
dapat menginspirasi! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar